Kata Fisika sendiri kalau ditelusuri secara mendalam bersal dari bahasa Yunani yakni berasal dari kata “Physic” yang memiliki arti “alam” atau “hal ikhwal alam” sedangkan kata fisika jika ditelusuri secara mendalam akan dijumpai juga dalam bahasa inggris yakni “Physic” yang memiliki arti ilmu yang mempelajari aspek-aspek alam yang dapat dipahami dengan dasar-dasar pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-hukum elementemya. sedangkan menurut ilmuan yang lain, fisika berasal dari kata yunani yaitu berasal dari kata φυσικός (physikos), yang memiliki arti "alamiah", dan juga berasal dari kata φύσις (physis), yang memiliki arti "Alam". ada juga yang mendefinisikan fisika sebagai ilmu yang mempelajari suatu zat dan energi atau zat dan gerakan. jadi, kalau begitu ilmu fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau mempelajari materi dalam lingkup ruang dan waktu.
ilmu Fisika adalah ilmu yang fundamental (penting dan mendasar yang sangat dibutuhkan) yang mencakup semua sains (ilmu pengetahuan) dan benda-benda hidup (ekologi, morfilogi, biologi, zoologi, dan lain-lain) maupun sains (ilmu pengetahuan) fisika (astronomi,fisika, kimia, dll ). kalau dicermati, sebenarnya Fisika membahas tentang materi dan energi,akar dari tiap bidang sains dan mendasari semua gejala yang terjadi.
Manfaat ilmu fisika dalam kesehatan, sebut saja radioterapi
Radioterapi adalah sebuah teknik terapi bagi para penderita kanker yang cukup populer. Radioterapi telah mengalami teknik radiasi yang berkembang dari sejak pertama kali diperkenalkan sampai saat ini.
radioterapi adalah secara harfiah adalah melakukan sebuah terapi kanker atau tumor dengan sebuah radiasi. Radiasi yang dimanfaatkan pada terapi ini adalah radiasi pengion, yang mempunyai sifat daya rusak terhadap sel makhluk hidup. Dengan daya rusak sel inilah, radiasi pengion dimanfaatkan untuk membunuh sel kanker.
Radioterapi adalah metoda pengobatan penyakit penyakit (maligna) dengan menggunakan sinar peng-ion. Metoda pengobatan ini mulai digunakan orang sebagai salah satu regimen pengobatan tumor ganas, segera setelah ditemukannya sinar—X oleh WC Rontgen, sifat-sifat radioaktivitas oleh Becquerel
dan radium oleh Pierre dan Marie Curie, yaitu pada akhir abad ke 19. Pada saat tsb. para medisi amat berbesar hati melihat suksesnya hasil pengobatan pada berbagai jenis kanker kulit serta neoplasmaneoplasma yang letaknya superfisial. Bahkan mereka menggunakan sinar ini untuk kelainan-kelainan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan proses neoplastik seperti acne, artritis, verruca atau untuk epilasi dari rambut-rambut yang tidak dikehendaki (1). Mereka mengatakan bahwa keajaiban di dunia pengobatan kanker telah ditemukan ("miraculous cure"). Tetapi gambaran ini berubah sama-sekali, ketika ditemukan bahwa tumor-tumor yang smula hilang karena terapi radiasi kembali muncul dan kerusakan pada jaringan sehat akibat radiasi mulai tampak. Setelah itu selama kurang lebih 25 tahun radioterapi memasuki jaman kegelapan di dalam evolusinya, bahkan hampir ditinggalkan orang kalau saja pionir-pionir dari "Fondation Curie" di Paris yang dipimpin oleh Claude Regaud tidak segera berhasil memecahkan misteri sinar ini.
Perkembangan Teknik Radioterapi Telah diketahui bahwa daya penetrasi sinar—X dalam jaringan amat tergantung dari enersi yang di hasilkan oleh tabung. Makin tinggi perbedaan tegangan antara katoda dan anoda, makin besar pula daya tembus sinar. Berarti untuk tumortumor yang letaknya dalam diperlukan pesawat-pesawat dengan tegangan yang tinggi. Pada tahun 1913, Coolidge memperkenalkan tabung sinar X hampa udara dengan tegangan 200 kV. yang pertama. Tabung ini merupakan dasar dari perkembangan teknik radioterapi selanjutnya. Karena dengan tegangan tersebut tidak akan didapatkan dosis yang memuaskan untuk tumor-tumor yang letaknya lebih dalam, maka sesudah perang dunia kedua, lahirlah pesawat "supervoltage" kemudian disusul dengan periode "megavoltage" yang diperkenalkan oleh Schulz. Setelah itu ditemukan pula 60Co (kobalt60) yang merupakan isotop buatan yang murah yang dapat menggantikan jarum radium yang mahal harganya. Pada saat ini 60Co yang mempunyai enersi ekuivalen dengan sinar—X 3 mV, digunakan baik sebagai radiasi eksterna (teletherapy) maupun radiasi interna (brachytherapy, yaitu implantasi atau intrakavitar): Skema penggunaan kobalt atau jarum radiasi dapat dilihat pada Tabel 1. Perkembangan mutakhir dari sarana radioterapi ini adalah pesawat Betatron (penghasil elektron), "linear-accelerator" (pesawat dengan percepatan lurus). Keuntungan penggunaan pesawat yang menghasilkan elektron ini adalah bahwasanya pada tenaga tertentu ia mempunyai kedalaman maksimal yang tertentu pula, lebih dalam dari itu dosisnya menurun dengan tajam, praktis sama dengan nol. Contoh penggunaan yang rill dari pesawat ini adalah pada radiasi luka parut bekas mastektomi, di mana kita mengharapkan dosis maksimal pada luka Ilmu kedokteran nulkir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran nuklir, radioisitop dapat dimasukkan ke dalam tubuhpasien (study in-vivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai study in-vitro (dalam gelas percobaan). Pada study in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa :
1 Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapt diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik imaging).
2 Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angkaangka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera positron.
3 Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine,dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging). Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan informasi mengenai (imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberap hasl berbeda dengan pencitran dalam radiologi. Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengansuatu zat yang telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan denganbantuan detektor radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studisemacam ini biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon – hormon tertentu dalam darah pasien seperti insulin, tiroksin dan lain-lain. Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagaipenyakit seperti penyakt jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguanfungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini sangat berkembang pesat. Di samping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapi penyakit – penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian obat – obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi (peradangan) sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka dalm terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu. Harapan kita bahwa teknologi radioterapi ini bisa membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia di jaman yang serba instan ini.
Physics Fisika biasanya menjadi mata pelajaran yang paling ditakuti oleh anak-anak SMA atau setingkatnya, padahal ilmu fisika merupakan salah satu disiplin ilmu pada ilmu pengetahuan, fisika bisa dikatakan ilmu yang mempelajari gerak-gerak partikel pada alam semesta ini, kajian-kajian tentang fisika sangat luas sampai mencakup hal yang paling kecil dan paling besar di jagad raya ini, hal ini terus dikembangkan sampai pada saat ini.
Penemu-penemu ternama, misalnya Sir Isac Newton yang menjelaskan secara rinci mengenai gravitasi pada alam semesta maupun beliau dapat menjelaskan gerak-gerak pada alam semesta. Albert Einstein yang dapat membuat teori perhitungan tentang gravitasi, yang selanjutnya dapat dibuktikan di Cambridge University oleh Eddington seorang fisikawan asal English. para penemu terdahululah yang menghilhami fisikawan sekarang untuk terus berkarya.
Sampai pada saai ini fisika terus berkembang, banyak bidang-bidang baru dalam fisika misalnya Geofisika, Astronomi, fisika nuklir dan masih banyak lagi, tapi ada satu bidang baru yang sangat berpengaruh dalam kehidupan yaitu fisika medik atau biasa disebut fisika kesehatan, walaupun bidang ini jarang terdengar tapi fisika medik inilah yang banyak membantu tenaga-tenaga medik di RSU -RSU indonesia, misalnya pengembangan baru-baru ini tentang pengembangan radioterapi oleh Supriyanto Ardjo Pawiro Fisikawan UI, radioterapi inilah yang digunakan untuk pasien penderita kanker pada saat ini.
Manfaat ilmu fisika dalam kesehatan, sebut saja radioterapi
Radioterapi adalah sebuah teknik terapi bagi para penderita kanker yang cukup populer. Radioterapi telah mengalami teknik radiasi yang berkembang dari sejak pertama kali diperkenalkan sampai saat ini.
radioterapi adalah secara harfiah adalah melakukan sebuah terapi kanker atau tumor dengan sebuah radiasi. Radiasi yang dimanfaatkan pada terapi ini adalah radiasi pengion, yang mempunyai sifat daya rusak terhadap sel makhluk hidup. Dengan daya rusak sel inilah, radiasi pengion dimanfaatkan untuk membunuh sel kanker.
Radioterapi adalah metoda pengobatan penyakit penyakit (maligna) dengan menggunakan sinar peng-ion. Metoda pengobatan ini mulai digunakan orang sebagai salah satu regimen pengobatan tumor ganas, segera setelah ditemukannya sinar—X oleh WC Rontgen, sifat-sifat radioaktivitas oleh Becquerel
dan radium oleh Pierre dan Marie Curie, yaitu pada akhir abad ke 19. Pada saat tsb. para medisi amat berbesar hati melihat suksesnya hasil pengobatan pada berbagai jenis kanker kulit serta neoplasmaneoplasma yang letaknya superfisial. Bahkan mereka menggunakan sinar ini untuk kelainan-kelainan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan proses neoplastik seperti acne, artritis, verruca atau untuk epilasi dari rambut-rambut yang tidak dikehendaki (1). Mereka mengatakan bahwa keajaiban di dunia pengobatan kanker telah ditemukan ("miraculous cure"). Tetapi gambaran ini berubah sama-sekali, ketika ditemukan bahwa tumor-tumor yang smula hilang karena terapi radiasi kembali muncul dan kerusakan pada jaringan sehat akibat radiasi mulai tampak. Setelah itu selama kurang lebih 25 tahun radioterapi memasuki jaman kegelapan di dalam evolusinya, bahkan hampir ditinggalkan orang kalau saja pionir-pionir dari "Fondation Curie" di Paris yang dipimpin oleh Claude Regaud tidak segera berhasil memecahkan misteri sinar ini.
Perkembangan Teknik Radioterapi Telah diketahui bahwa daya penetrasi sinar—X dalam jaringan amat tergantung dari enersi yang di hasilkan oleh tabung. Makin tinggi perbedaan tegangan antara katoda dan anoda, makin besar pula daya tembus sinar. Berarti untuk tumortumor yang letaknya dalam diperlukan pesawat-pesawat dengan tegangan yang tinggi. Pada tahun 1913, Coolidge memperkenalkan tabung sinar X hampa udara dengan tegangan 200 kV. yang pertama. Tabung ini merupakan dasar dari perkembangan teknik radioterapi selanjutnya. Karena dengan tegangan tersebut tidak akan didapatkan dosis yang memuaskan untuk tumor-tumor yang letaknya lebih dalam, maka sesudah perang dunia kedua, lahirlah pesawat "supervoltage" kemudian disusul dengan periode "megavoltage" yang diperkenalkan oleh Schulz. Setelah itu ditemukan pula 60Co (kobalt60) yang merupakan isotop buatan yang murah yang dapat menggantikan jarum radium yang mahal harganya. Pada saat ini 60Co yang mempunyai enersi ekuivalen dengan sinar—X 3 mV, digunakan baik sebagai radiasi eksterna (teletherapy) maupun radiasi interna (brachytherapy, yaitu implantasi atau intrakavitar): Skema penggunaan kobalt atau jarum radiasi dapat dilihat pada Tabel 1. Perkembangan mutakhir dari sarana radioterapi ini adalah pesawat Betatron (penghasil elektron), "linear-accelerator" (pesawat dengan percepatan lurus). Keuntungan penggunaan pesawat yang menghasilkan elektron ini adalah bahwasanya pada tenaga tertentu ia mempunyai kedalaman maksimal yang tertentu pula, lebih dalam dari itu dosisnya menurun dengan tajam, praktis sama dengan nol. Contoh penggunaan yang rill dari pesawat ini adalah pada radiasi luka parut bekas mastektomi, di mana kita mengharapkan dosis maksimal pada luka Ilmu kedokteran nulkir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada kedokteran nuklir, radioisitop dapat dimasukkan ke dalam tubuhpasien (study in-vivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai study in-vitro (dalam gelas percobaan). Pada study in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa :
1 Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang dapt diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma ataupun kamera positron (teknik imaging).
2 Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu dan angkaangka yang menggambarkan akumulasi radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera positron.
3 Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine,dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen yang dirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging). Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-imaging memberikan informasi mengenai (imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberap hasl berbeda dengan pencitran dalam radiologi. Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengansuatu zat yang telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan denganbantuan detektor radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studisemacam ini biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon – hormon tertentu dalam darah pasien seperti insulin, tiroksin dan lain-lain. Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagaipenyakit seperti penyakt jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguanfungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini sangat berkembang pesat. Di samping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapi penyakit – penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian obat – obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi (peradangan) sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka dalm terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel yang menyusun jaringan kanker itu. Harapan kita bahwa teknologi radioterapi ini bisa membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia di jaman yang serba instan ini.
Physics Fisika biasanya menjadi mata pelajaran yang paling ditakuti oleh anak-anak SMA atau setingkatnya, padahal ilmu fisika merupakan salah satu disiplin ilmu pada ilmu pengetahuan, fisika bisa dikatakan ilmu yang mempelajari gerak-gerak partikel pada alam semesta ini, kajian-kajian tentang fisika sangat luas sampai mencakup hal yang paling kecil dan paling besar di jagad raya ini, hal ini terus dikembangkan sampai pada saat ini.
Penemu-penemu ternama, misalnya Sir Isac Newton yang menjelaskan secara rinci mengenai gravitasi pada alam semesta maupun beliau dapat menjelaskan gerak-gerak pada alam semesta. Albert Einstein yang dapat membuat teori perhitungan tentang gravitasi, yang selanjutnya dapat dibuktikan di Cambridge University oleh Eddington seorang fisikawan asal English. para penemu terdahululah yang menghilhami fisikawan sekarang untuk terus berkarya.
Sampai pada saai ini fisika terus berkembang, banyak bidang-bidang baru dalam fisika misalnya Geofisika, Astronomi, fisika nuklir dan masih banyak lagi, tapi ada satu bidang baru yang sangat berpengaruh dalam kehidupan yaitu fisika medik atau biasa disebut fisika kesehatan, walaupun bidang ini jarang terdengar tapi fisika medik inilah yang banyak membantu tenaga-tenaga medik di RSU -RSU indonesia, misalnya pengembangan baru-baru ini tentang pengembangan radioterapi oleh Supriyanto Ardjo Pawiro Fisikawan UI, radioterapi inilah yang digunakan untuk pasien penderita kanker pada saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar